Puisi ini saya buat untuk para perantau yang merindukan kampung halaman, dan segan pulang sebelum ada secercah harapan. Puisi yang terinspirasi karena hujan sore dengan dentuman petir yang menggelegar, mengajaku menggoreskan pena sejarah. Persembahan untuk para pejuang perantauan.
HUJAN DI TANAH PERANTAUAN
Awan menghitam
Kian menyatu menutup sayunya wajah pemimpi sang perantau
Sombongnya angin menyibakan rambut nan kumal
Menusuk tajam pori-pori yang membesar
Detik-detik berlalu
Bumi dihujani tetesan air hambar
Menetes membasahi tanah ini
Dengan aroma khas sang hujan
Tubuh mengering tersapu basahnya tangisan alam
Tak ada lagi bekas cucuran keringat perjuangan
Tergantikan oleh hujan di tanah perantauan
Mengalir begitu deras dari setiap sendi tubuh ini
Hujan ditanah perantauan
Membawa kisah dan sejuta harapan
Untuk hidup yang kian terjerumus jarum ambisi
Memadamkan panggangan kulit bekas kobaran matahari
Hujan di tanah perantauan
Mengalirkan air mata pengorbanan
Merindukan kampung halaman
Tempat berkumpulnya orang-orang terkasih
Haram dengn kata menyerah
Mengingat perjuangan yang tak mudah
Perjuangan yang mengalir panjang
Membungkam kecongkakan manusia tak berhati nurani
Di tanah ini
Hanya sajak-sajak lirih
Penghibur duka hati
Dalam suasana Hujan Di Tanah Perantauan
***************hr*************
Mungkin hanya para perantau yang menjiwai puisi ini, para pencari keberkahan hidup untuk sanak famili dan penentu kesuksesan diri. Takan ada kata menyerah dan semangat yang padam sebelum ada hasil yang maksimal. Teruslah berjuang wahai para perantau, gapailah mimpimu kumpulkan kepingan-kepingan perjuangan yang kian sayu.
Salam tanah perantauan. Salam kebersamaan dalam Guru Ngapak!
Jangan lupa sering-sering menghubungi orang tua kita, saudara kita dan teman-teman kita jalin lagi silaturahmi dan bangun sosialisasi yang baik antar sesama.


Itu puisi kah gan..?
ReplyDeleteIya mas Andika.
Deletepuisi yang bagus
ReplyDeleteTerimakaih mas Amin.
Deletepuisinya indah gan...
ReplyDeleteTerimakasih mas.
DeleteBagus puisinya tapi kalau boleh jujur sih kurang berbahasa kiasan atau majas, lebih tepatnya ini bahasanya sederhana.
ReplyDeleteLanjutkan aja karyanya, alhamdulillah saya juga berhasil menerbitkan buku kumpulan puisi.
Terimakasih atas kritik yang membangun mas, masih harus banyak belajar jadi penyair..hehe
DeleteWah keren kalau begitu boleh lah untuk saling sharing nantinya..
puisinya manis sekali
ReplyDeleteboleh dong belajar buat puisi
http://zaskia-kz.mywapblog.com
Terimakasih mbak kayla, masih banyak belajar mbak kita belajar bareng2 aja. Hehe
DeleteSaya suka dengan puisi mas heri sangat bagus sekali, tapai kalau masalah buat puisi saya belum begitu mahir mungkin bisa minta diajarkan nih ke mas heri.
ReplyDeleteTerimakasih mas Nurul, puisi alakadarnya dan sejadinya,hehe saya juga masih belajar mas untuk membuat puisi yang baik lagi, sama2 belajar saling sharing untuk membuat puisi aja mas Nurul.
Deletemembakar semangat yang sedang merantau
ReplyDeleteBenar sekali mas, jiwa-jiwa perantau yang mengadu nasib di tanah orang, yang ingin mewujudkan mimpinya untuk kehidupan yang lebih baik.
DeleteSalam kenal mas...
ReplyDeleteLagi kangen kmpung halaman? Puisi yang bagus. Smg suatu hari bisa dibukukan. :-)
Salam kenal juga mbak Sulis,
DeleteCeritanya iya lg kangen kampung halaman mbak.hehe
Terimakasih, aamiin semoga saja suatu saat bisa menjadi sebuah buku kumpulan puisi. Terimakasih banyak atas doanya.
Puisinya keren mas...
ReplyDeletemembacanya seolah-olah mengingatkan tentang diri saya yg sedang merantau ini mengumpulkan keping-keping harapan. Harapan demi masa depan. Terseok-seok diantara belantara kota yg kejam..
#Rindupulang
Terimakasih mas Sony..
DeleteBenar sekali mas, mewakili para perantau yang mngejar harapan dan cita-cita. Semoga jerihpayah dan cucuran keringat itu menjadi harapan penentu masadepan yang cerah mas. Aamiin
Untung Sayamah udah pulang dari perantauan,,, Sayamah menang gak menang tetep pulang... jahahah :V
ReplyDeleteHehe ndpp mas Ahmad, rejeki g hanya ditanah oerantauan kalau bisa buka usaha dikampung halaman dan bisa membuka lapangan pekerjaan itu sudah luar biasa swperti mas Ahmad ini.
DeleteApakah puisi hujan di tanah perantauan ini perasaannya bercampur dengan rindu kampung halaman nggak ya? hehehe :D
ReplyDeleteHehe iya bang Diar, ada campuran emosi untuk pulang kEkampung halaman, namun belum juga kesampaian, karena masih terjerat aktivitas disini. :)
Delete