Telah terjadi pembenahan dan pembangunan di bidang pendidikan Indonesia secara besar-besaran dan dinilai berhasil, bahkan pencapaian secara kuantitatif tergolong luar biasa. Walaupun diakui bahwa sejumlah besar penduduk dalam bidang pendidikan masih perlu pemberdayaan sehingga mengharuskan kita melakukan refleksi flusofis tentang hakekat manusia. Titik sentral dalam proses pendidikan adalah manusia, dan penempatan manusia sebagai titik sentral ini tidak berarti bahwa pengaruh dan tuntutan masyarakat serta lingkungannya sama sekali dilepaskan. Antara manusia dan masyarakat dan lingkungannya ada dialektika yang terus menerus, dimana yang satu mempengaruhi yang lain.
Maka dalam konteks ini pendidikan mmfungsikan dirinya sebagai wacana interaksi antara manusia dan masyarakat serta lingkungannya. Mengapa demikian? Karena manusia punya potensi kemerdekaan untuk memilih dan melakukan berbagai macam tindakan sesuai dengan kehendaknya.
Kehendaknya itu dapat bertentangan dengan instingnya, dengan alam, dengan masyarakat atau dengan dorongan-dorongan fisiologis dan psikologisnya. Kebebasan memilih atau kemampuan ibadahnya itulah yang bisa menolong manusia dalam mencapai taraf tertinggi sehingga menjadi manusia dengan realitas kemanusiaanya. Mencermati situasi dalam masyarakat kita saat ini terutama para generasi muda mahasiswa, dimana dengan mudahnya terjadi gesekan-gesekan, pelanggaran-pelanggaran norma masyarakat, dengan kebebasannya mereka akan menuruti kemerdekaan dirinya.
Budi Pekerti
Apakah salah jika seandainya kita berfikir, bagaimana kalau pelajaran budi pekerti diajarkan kembali sebagai mata pelajaran di sekolah. Seperti kita ketahui pelajaran budi pekerti sudah tidak diajarkan lagi sejak tahun 70an. Memang pelajaran tersebut tidak menjamin 100% akan berbuat baik dikemudian hari. Namun, dengan pendidikan tersebut diharapkan setidaknya akan dihasilkan manusia dengan kepribadian yang baik, daripada tidak sama sekali.
karena pada dasarnya adat istiadat, sopan santun, budi pekerti tingkah laku itu diperoleh seseorang melalui proses pembelajaran, dan bukan pembawaan dari lahir. Sudah barang tentu pelajaran tersebut perlu disesuaikan dengan kebutuhan bangsa saat ini, istilah lain dengan kemasan dan muatan baru yang sesuai dengan kebutuhan bangsa dalam menghadapi tantangan teknologi yang semakin canggih. Dengan pelajaran ini siswa bisa diajarkan bagaimana seharusnya berprilaku sebagai seorang warga negara yang hidup bermasyarakat.
Perang peradaban
Bangsa Indonesia saat ini akan menghadapi tantangan akan terjadinya perang peradaban. Tantangan ini tidak hanya memerlukan industri yang kuat, persenjataan yang mutakhir, tetapi juga kualitas manusia Indonesia yang sadar akan ruang dan waktu. Yakni sadar akan kedudukannya sebagai bangsa yang ber Bhinika Tunggal Ika, dan sadar akan era reformasi komunikasi. Seperti contohnya internet yang dapat menyusup dan menembus sampai kamar anak-anak kita. Konsep yang selama ini dikenal dan dianggap dapat membentengi pengaruh jahat dari luar yaitu dengan filteralisasi dan wawasan kebangsaan. Namun pengaruh jahat juga datang dari dalam yang tidak kalah mengerikan, sebagaimana yang ditunjukan dengan media cetak, dan elektronik, seperti perampokan, pembunuhan, pemerkosaan, korupsi, kolusi yang begitu lekat dengankehidupan kita sehari-hari.
Semakin hari pengaruh jahat semakin meningkat, sehingga bisa dikatakan sebagai "Perang Peradaban". Perang yang tidak saja membentengi pengaruh dari dalam juga dari luar. Untuk itu perlu mempersiapkan anak-anak untuk menjadi "Prajurit Peradaban" artinya untuk dapat mengantisipasi keadaan tersebut.
Dalam kondisi seperti itu diperlukan individu yang luas wawasannya, tidak saja dalam konteks kebangsaan tapi dalam konteks global. Untuk mencapai tujuan tersebut agaknya bijaksana mengajari kembali pendidikan yang mengarah pada pembinaan mentalitas dan jiwa kebangsaan, yang berkelanjutan kepada anak didik dari SD hingga SLTA. Diupayakan agar mereka mengenal dengan baik adat istiadat, bangsanya dan bangsa-bangsa lainnya. Dengan semangat budi pekerti yang luhuranak didik akan terbuka wawasannya, yang diharapkan diantara mereka dapat saling memahami, menghormati, dan dapat menciptakan suasana cinta damai karena mereka telah mengenal dengan baik budaya masing-masing..
Inti dari permasalahan ini adalah disamping pelajaran BP diajarkan kembali ke sekolah dalam upaya membentengi nilai-nilai keluhuran, kita juga harus tampil sebagai peteladan yang baik untuk anak-anak kita. Para peteladan, orang tua, pemimpin dan pejabat-pejabat pemerintahan harus ada kerjasama yang baik. Karena inti dari kehidupan bermasyarakat adalah perubahan. Dengan mendekatkan pendidikan terhadap masyarakat diharapkan manusia atau anak yang dihasilkan akan mampu pada posisi sentral dalam perubahan yang terjadi, dan mampu mengarahkan serta mengendalikan perubbahan tersebut. Dengan demikian akan tercipta masyarakat yang sopan, santun, penuh kedamaian.
Kiranya seperti itu semoga artikel mengenai merindukan kembalinya pelajaran budi pekerti bisa memberikan manfaat dan pentingnya diajarkan kembali, mengingat pentingnya muatan yang ada di dalam mata pelajaran ini.
Salam GuruNgapak!
Sumber: Nusa Indah Edisi 109

penting nih pelajaran budi pekerti di zaman sekarang yang lagi krisis moral
ReplyDeleteIya mas, semoga dengan kembalinya pelajaran budi pekerti bisa ikut andil menata moral generasi penerus yg sudah terkikis moderniasi zaman..
Deletesiip selain itu juga dibutuhkan peran orang tua yang jangan terlalu mebebaskan anak
DeleteBenar mas, peran orang tua sangat penting untuk mendukung perkembangan sikap seseorang, dengan dukungan dan pantauan orang tua mestinya dapat mewujudkan generasi yang berbudi pekerti luhur sesuai dengan cita-cita bangsa kita.
Deleteyak betul, sangat penting sekali pelajaran Budi Pekerti. Jaman sekarang moral dalam kehidupan sudah minim
ReplyDeleteBetul gan, karena dengan moral yg baik yang berdasar atas agama tatakelola kehidupan bermasyarakat bernegara dan individu jd semakin baik..
Deletepelajaran budi pekerti sama dgn pelajaran kewarganegaraan ya mas klo di sekolah? bisa jg ditambah pelajaran agama ya kan..
ReplyDeleteBerbeda mbak, kl budi pekwrti muatannya biasanya mmbahas mengenai etika adat istiadat yg berlaku di sebuah kabuoaten, tujuannya untuk menata dan membekali moral peserta didik, agar lebih baik, karena cerdas dan pintat saja tidak cukup dan tidak akan menjadi apa2 tanpa didasari dengan budipekerti yg baik, yg bisa diapplikasikan dalam kehidupan sehari2..
DeleteKayane aku nembe pertama ngunjungi bloge rika? jenenge deneng gurungapak? emang rika asale sekang ndi kang? salam kang nyong wong kebumen
ReplyDeleteIya nembe keton jenenge sampean kang, nyong asli Banjarnegara kie, salam gurungapak kang, nambah2 seduluran ya..
Deletememang harus ada pelajaran BP ini, karena jaman sekarang moral sudah memprihatinkan....
ReplyDeleteBenar sekali mbak, era modern ini yg serba vanggih jangan sampai menggeser jati diri bangsa, harusnya mampu menunjukan bahwa ini adalah Indonesia..Indonesia yg memiliki jiwa ramah, sopan..
Delete