Sahabat GuruNgapak dimanapun berada, postingan lalu kita telah membahas mengenai Terjadinya Bunyi Bahasa, dimana didalamnya terdapat pembahasan mengenai alat-alat bicara, fungsi alat bicara dan lain sebagainya.Nah untuk pembahasan pada kesempatan ini akan ada postingan mengenai klasifikasi bunyi bahasa.
Tentunya ada beberapa klasifikasi yang merupakan tatanan dari bunyi bahasa, tidaklah mungkin apabila dalam bunyi bahasa hanya mengenal satu klasifikasi saja. Untuk memperjelasnya monggo langsung saja.
1. Vokal, Konsonan , dan Semi- vocal
Secara umum bunyi bahasa dibedakan atas : vocal, konsonan, dan semi vocal. Pembedaan ini didasarkan pada ada tidaknya hambatan ( proses artikulasi) pada alat bicara. Bunyi disebut vokal, bila terjadinya tidak ada hambatan pada alat bicara, jadi tidak ada artikulasi.
Bunyi disebut konsonan, bila terjadinya dibentuk dengan menghambat arus udara pada sebagian alat bicara, jadi ada artikulasi. Proses artikulasi ini dapat disertai dengan bergetarnya pita suara, maka akan terbentuk konsonan bersuara. Jika artikulasi itu tidak disertai dengan bergetarnya pita suara, maka bunyi yang dihasilkan adalah konsonan tak bersuara.
Bunyi semi vocal ialah bunyi yang secara praktis termasuk konsonan tetapi karena pada waktu diartikulasikan belum membentuk konsonan murni, maka bunyi- bunyi itu disebut semi- vocal atau semi- konsonan.
2. Nasal dan Oral
Bunyi bahasa dapat dibedakan menjadi nasal ( sengau) dan oral. Jika udara keluar atau keluarnya udara melalui rongga hidung, dengan cara menurunkan langit- langit lunak beserta ujung anak tekaknya, maka bunyi itu disebut bunyi nasal atau sengau. Jika langit- langit lunak beserta ujung anak tekak menaiki menutupi rongga hidung sehingga udara hanya melalui rongga mulut saja, maka disebut dengan bunyi oral.
3. Keras ( Fortes) dan Lunak ( Lenes)
Bunyi bahasa dibedakan atas bunyi keras atau fortis (fortes) dan lunak atau lenis ( lenes). Bunyi bahasa disebut keras bila pada waktu diartikulasikan disertai ketegangan kekuatan arus udara. Jika tidak disertai ketegangan kekuatan arus udara disebut bunyi lunak.
4. Bunyi Panjang dan Pendek
Bunyi bahasa dibedakan atas bunyi panjang dan pendek. Pembedaan ini didasarkan pada lamanya bunyi itu diucapkan, atau lamanya bunyi itu diartikulasikan. Vokal dapat dibagi atas vocal panjang dan pendek.
5. Bunyi Rangkap dan Tunggal
Bunyi rangkap adalah bunyi yang terdiri dari dua bunyi dan terdapat dalam satu suku kata. Jika terdapat dalam dua suku kata yang berbeda bukan bunyi rangkap melainkan bunyi tunggal saja. Bunyi rangkap vocal disebut diftong, sedangkan bunyi tunggal vocal disebut disebut monoftong. Ciri diftong ialah keadaan posisi lidah dalam mengucapkan bunyi vocal yang satu dengan yang lain saling berbeda. Diftong naik dalam bahasa Indonesia ialah : [oi,aI], dan [aU]. Dalam bahasa Banjar Hulu ialah : [ai,aU], dan [ui]. Dalam bahasa Madura ialah : [ ai, oi], dan [ ui.
Baca juga:
Terjadinya bunyi bahasa
6. Bunyi Nyaring dan Tidak Nyaring
Bunyi dibedakan atas bunyi nyaring ( lantang) dan tidak nyaring pada waktu terdengar oleh telinga. Jadi, pembedaan bunyi berdasarkan derajat kenyaringan itu sebenarnya adalah tinjauan menurut aspek auditoris. Derajat kenyaringan itu sendiri ditentukan oleh luas sempitnya atau besar kecilnya ruang resonansi pada waktu bunyi itu diucapkan.
Diantara vocal- vocal maka vocal yang paling tinggi justru derajat kenyaringannya paling rendah. Karena ruang resonansinya pada waktu diucapkan paling sempit jika dibandingkan dengan vocal yang lain.
Dibandingkan dengan vocal , bunyi- bunyi konsonan karena terbentuknya disertai dengan hambatan alat bicara pada saluran bicara sebagai ruang resonansinya, maka derajat kenyaringannya lebih rendah. Konsonan letup tak bersuara adalah yang paling rendah sedang yang paling tinggi adalah konsonan geletar. Dalam kata, bunyi yang merupakan puncak kenyaringan adalah bunyi yang derajat kenyaringannya tinggi, bunyi- bunyi yang demikian disebut silabis.
7. Bunyi dengan Arus Udara Egresif dan Bunyi dengan Arus Ingresif
Arah arus udara dalam pembentukan bunyi bahasa dapat dibedakan atas egresif dan ingresif. Arus udara egresif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu egresif pulmonik dan egresif glotalik. Begitu juga arus udara ingresif dapat dibagi menjadi dua, yaitu ingresif glotali dan ingresif velarik.
a) Egresif Pulmonik
Ialah bunyi yang terbentuk dengan arus udara egresif ( keluar) dengan mekanisme pulmonik. Mekanisme udara pulmonik ialah udara dari paru- paru sebagai sumber utamanya dihembuskan keluar dengan cara mengecilkan ruangan paru- paru oleh otot perut, dan rongga dada.
b) Egresif Glotalik
Ialah bunyi yang terbentuk dengan arus udara egresif ( keluar) dengan mekanisme glotalik. Mekanisme glotalik terjadi dengan cara merapatkan pita- pita suara sehingga glottis dalam keadaan tertutup rapat sekali. Bunyi yang dihasilkan dengan proses egresif glotalik ini disebut bunyi ejektif.
c) Ingresif Glotalik
Ialah bunyyi bahasa yang terbentuk dengan arus udara ingresif ( masuk) dengan mekanisme glotalik. Bunyi ingresif mekanisme glotalik ini prosesnya sama dengan egresif glotalik. Jadi merapatkan pita- pita suara sehingga glottis tertutup rapat sekali. Bunyi- bunyi bahasa yang dihasilkan dengan proses ingresif glotalik ini disebut bunyi implosif.
d) Ingresif Velarik
Ialah bunyi yang terbentuk dengan arus udara ingresif ( masuk) dengan mekanisme velarik. Mekanisme udara velarik terjadi dengan menaikkan pangkal lidah ditempelkan pada langit- langit lunak. Bersama- sama dengan itu kedua bibir ditutup rapat atau yang lebih umum ialah ujung dan kedua sisi lidah dirapatkan pada gigi atas. Kemudian ujung lidah dan kedua sisi lidah merapat pada gigi lalu dilepaskan turun serta dikebelakangkan, bibir dibuka, sehingga ada kerenggangan ruangan udarapada rongga mulut.
Secara umum bunyi bahasa dibedakan atas : vocal, konsonan, dan semi vocal. Pembedaan ini didasarkan pada ada tidaknya hambatan ( proses artikulasi) pada alat bicara. Bunyi disebut vokal, bila terjadinya tidak ada hambatan pada alat bicara, jadi tidak ada artikulasi.
Bunyi disebut konsonan, bila terjadinya dibentuk dengan menghambat arus udara pada sebagian alat bicara, jadi ada artikulasi. Proses artikulasi ini dapat disertai dengan bergetarnya pita suara, maka akan terbentuk konsonan bersuara. Jika artikulasi itu tidak disertai dengan bergetarnya pita suara, maka bunyi yang dihasilkan adalah konsonan tak bersuara.
Bunyi semi vocal ialah bunyi yang secara praktis termasuk konsonan tetapi karena pada waktu diartikulasikan belum membentuk konsonan murni, maka bunyi- bunyi itu disebut semi- vocal atau semi- konsonan.
2. Nasal dan Oral
Bunyi bahasa dapat dibedakan menjadi nasal ( sengau) dan oral. Jika udara keluar atau keluarnya udara melalui rongga hidung, dengan cara menurunkan langit- langit lunak beserta ujung anak tekaknya, maka bunyi itu disebut bunyi nasal atau sengau. Jika langit- langit lunak beserta ujung anak tekak menaiki menutupi rongga hidung sehingga udara hanya melalui rongga mulut saja, maka disebut dengan bunyi oral.
3. Keras ( Fortes) dan Lunak ( Lenes)
Bunyi bahasa dibedakan atas bunyi keras atau fortis (fortes) dan lunak atau lenis ( lenes). Bunyi bahasa disebut keras bila pada waktu diartikulasikan disertai ketegangan kekuatan arus udara. Jika tidak disertai ketegangan kekuatan arus udara disebut bunyi lunak.
4. Bunyi Panjang dan Pendek
Bunyi bahasa dibedakan atas bunyi panjang dan pendek. Pembedaan ini didasarkan pada lamanya bunyi itu diucapkan, atau lamanya bunyi itu diartikulasikan. Vokal dapat dibagi atas vocal panjang dan pendek.
5. Bunyi Rangkap dan Tunggal
Bunyi rangkap adalah bunyi yang terdiri dari dua bunyi dan terdapat dalam satu suku kata. Jika terdapat dalam dua suku kata yang berbeda bukan bunyi rangkap melainkan bunyi tunggal saja. Bunyi rangkap vocal disebut diftong, sedangkan bunyi tunggal vocal disebut disebut monoftong. Ciri diftong ialah keadaan posisi lidah dalam mengucapkan bunyi vocal yang satu dengan yang lain saling berbeda. Diftong naik dalam bahasa Indonesia ialah : [oi,aI], dan [aU]. Dalam bahasa Banjar Hulu ialah : [ai,aU], dan [ui]. Dalam bahasa Madura ialah : [ ai, oi], dan [ ui.
Baca juga:
Terjadinya bunyi bahasa
6. Bunyi Nyaring dan Tidak Nyaring
Bunyi dibedakan atas bunyi nyaring ( lantang) dan tidak nyaring pada waktu terdengar oleh telinga. Jadi, pembedaan bunyi berdasarkan derajat kenyaringan itu sebenarnya adalah tinjauan menurut aspek auditoris. Derajat kenyaringan itu sendiri ditentukan oleh luas sempitnya atau besar kecilnya ruang resonansi pada waktu bunyi itu diucapkan.
Diantara vocal- vocal maka vocal yang paling tinggi justru derajat kenyaringannya paling rendah. Karena ruang resonansinya pada waktu diucapkan paling sempit jika dibandingkan dengan vocal yang lain.
Dibandingkan dengan vocal , bunyi- bunyi konsonan karena terbentuknya disertai dengan hambatan alat bicara pada saluran bicara sebagai ruang resonansinya, maka derajat kenyaringannya lebih rendah. Konsonan letup tak bersuara adalah yang paling rendah sedang yang paling tinggi adalah konsonan geletar. Dalam kata, bunyi yang merupakan puncak kenyaringan adalah bunyi yang derajat kenyaringannya tinggi, bunyi- bunyi yang demikian disebut silabis.
7. Bunyi dengan Arus Udara Egresif dan Bunyi dengan Arus Ingresif
Arah arus udara dalam pembentukan bunyi bahasa dapat dibedakan atas egresif dan ingresif. Arus udara egresif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu egresif pulmonik dan egresif glotalik. Begitu juga arus udara ingresif dapat dibagi menjadi dua, yaitu ingresif glotali dan ingresif velarik.
a) Egresif Pulmonik
Ialah bunyi yang terbentuk dengan arus udara egresif ( keluar) dengan mekanisme pulmonik. Mekanisme udara pulmonik ialah udara dari paru- paru sebagai sumber utamanya dihembuskan keluar dengan cara mengecilkan ruangan paru- paru oleh otot perut, dan rongga dada.
b) Egresif Glotalik
Ialah bunyi yang terbentuk dengan arus udara egresif ( keluar) dengan mekanisme glotalik. Mekanisme glotalik terjadi dengan cara merapatkan pita- pita suara sehingga glottis dalam keadaan tertutup rapat sekali. Bunyi yang dihasilkan dengan proses egresif glotalik ini disebut bunyi ejektif.
c) Ingresif Glotalik
Ialah bunyyi bahasa yang terbentuk dengan arus udara ingresif ( masuk) dengan mekanisme glotalik. Bunyi ingresif mekanisme glotalik ini prosesnya sama dengan egresif glotalik. Jadi merapatkan pita- pita suara sehingga glottis tertutup rapat sekali. Bunyi- bunyi bahasa yang dihasilkan dengan proses ingresif glotalik ini disebut bunyi implosif.
d) Ingresif Velarik
Ialah bunyi yang terbentuk dengan arus udara ingresif ( masuk) dengan mekanisme velarik. Mekanisme udara velarik terjadi dengan menaikkan pangkal lidah ditempelkan pada langit- langit lunak. Bersama- sama dengan itu kedua bibir ditutup rapat atau yang lebih umum ialah ujung dan kedua sisi lidah dirapatkan pada gigi atas. Kemudian ujung lidah dan kedua sisi lidah merapat pada gigi lalu dilepaskan turun serta dikebelakangkan, bibir dibuka, sehingga ada kerenggangan ruangan udarapada rongga mulut.
Begitulah menganai klasifikasi bunyi bahasa, semoga bermanfaat. Salam kompak dalam perbedaan, salam GuruNgapak!

mau komen apa? saya bingung pak guru. jadi menyimpulkan saja deh :)
ReplyDeleteJadi dapat di simpulkan konsonan adalah bunyi bahasa yang diproduksi dengan cara setelah arus ujar keluar dari glottis, lalu mendapat hambatan pada alat-alat ucap tertentu di dalam rongga mulut atau rongga hidung.
Benar sekali mas Ikhas..seperti itulah proses terjadinya suara pada manusia.
ReplyDelete